Fenomena Kowak-malam Abu di KBS
Kowak maling di atas tajuk sebatang pohon
Burung
cangak yang berukuran sedang, kowak-malam abu dewasa mencapai ukuran 64 cm dan
berat 800 g. Berkepala besar dan bertubuh kekar.
Kowak
maling yang masih muda
|
Paruh agak panjang dan
runcing, berwarna hitam. Iris mata merah (kuning pada hewan muda). Kaki kuning,
yang berubah menjadi kemerahan bila musim berbiak.
Ekologi
dan penyebaran
Sesuai namanya,
kowak-malam abu bersifat nokturnal, aktif berburu mangsanya di malam hari. Pada
siang hari burung ini beristirahat, bertengger sambil merumuk dalam kelompok,
di dahan-dahan atau di sela dedaunan pohon yang rimbun. Biasanya tidak jauh
dari air.
Petang hari burung-burung
itu mulai beterbangan di sekitar tempatnya beristirahat, dan di waktu magrib
berkelompok-kelompok terbang meninggalkan peristirahatannya menuju tempatnya
masing-masing untuk mencari makanan. Kelompok burung itu terbang dalam gelap sambil
mengeluarkan bunyi-bunyi panggilannya yang khas, yang terdengar sampai jauh.
Pagi-pagi buta kelompok itu akan kembali, juga sambil berbunyi-bunyi saling
memanggil.
Kowak-malam abu memangsa ikan, kodok, serangga air, ular kecil, bahkan juga
tikus kecil dan cerurut. Burung
ini memburu mangsanya di sekitar sungai dan aliran air, tambak, rawa, persawahan dan padang
rumput.
Berbiak dalam koloni yang
ramai, biasanya kowak membuat sarangnya di pohon-pohon di atas air. Sarangnya
dianyam dari ranting-ranting kecil di bawah tajuk pohon yang rimbun dan
tersembunyi. Perkembangbiakan koak malam memang cepat. Di dalam satu sarang,
ada 3-4 telur berwarna biru kehijauan pucat, jarang gagal menetas. Padahal,
setahun bisa sampai empat kali menetasnya. Tidak heran jika populasinya yang
semula sedikit, lama-lama mendominasi.
Burung ini menyebar luas hampir di seluruh dunia. Di Indonesia,
kowak-malam abu dijumpai terutama di Indonesia barat (Sumatra, Borneo, Jawa, Bali), Sulawesi dan Flores .
Kowak di Kebun Binatan Surabaya (KBS)
Mula-mula keberadaan
burung ini ini tidak mengganggu karena jumlahnya sedikit. Tetapi makin lama
jumlahnya makin banyak dan berkembang biak. Mereka membuat sarang di
dahan-dahan yang tinggi. Mereka juga jenis yang dominan, artinya saat suatu
lokasi telah mereka kuasai maka jenis lain hampir bisa dikatakan tidak ada di
tempat tersebut, mereka predator bagi telur-telur dari jenis burung lain. Hal
ini menyebabkan perkembangan jumlah mereka di lokasi KBS makin cepat. Sekarang
jumlah mereka sudah mencapai ratusan atau bahkan mungkin telah sampai ke angka
ribuan.
Nah, di sini masalahnya,
burung-burun ini sering menjatuhkan ‘bom’ dari atas pohon. Orang-orang dan kendaraan
yang lewat di bawahnya terkena ‘bom’ yang berwarna putih ini. Sedang asik jalan
dengan santai di areal wisata utama di Kota Surabaya ini, tiba-tiba dari atas
kejatuhan kotoran burung koak. Sudah banyak terdengar omelan orang-orang yang
bajunya kena kotoran burung.
Kotoran burung koak juga
membuat beberapa pohon di KBS meranggas. Kotoran burung ini tampaknya menjadi
racun bagi pohon-pohon itu, karena memang kotoran burung pemakan daging
mengandung zat amoniak yang bisa merusak daun dan ranting yang terkena kotoran
itu. Selain itu, dahan-dahan pohon yang masih muda rusak diinjak burung koak
yang badannya relatif besar (sebesar bebek muda). Tidak itu saja, sebagian
jalan di KBS pun menjadi putih seperti dicat karena seringnya kejatuhan kotoran
putih ini.
|
|
Pohon yang meranggas dan dipenuhi sarang
Burung Kowak
|
Bersifat nokturnal,
beistirahat di pohon pada siang hari. Keluar pada senja hari, terbang perlahan.
Makanan: ikan, katak,
serangga air.
Bersarang dalam koloni,
kadang bersama Kowak-malam abu. Sarang dari ranting bentuk cekungan pada pohon
tinggi diatas air. Telur berwarna biru hijau pucat, jumlah 2-4 butir. Berbiak
bulan Februari, Maret, Juni.
Burung ini merupakan salah
satu jenis burung yang dilindungi UU di Indonesia.
Sudah banyak cara yang diusulkan orang
untuk menangani burung ini dari kawasan KBS. Ada yang mencoba menembaknya,
tetapi cara ini dianggap sadis dan bisa menuai protes dari kalangan tertentu.
Ada yang mengusulkan pakai bunyi-bunyian supaya burung ini lari (apa mempan
tuh?), alat ini dibuat dari bahan kaleng besar untuk mengahsilkan suara gaduh
yang diharapkan mampu menakuti mereka, tapi kelamaan mereka nyatanya tidak
takut .
|
Cara lain lagi adalah dengan menangkapi mereka dan merelokasi ke tempat
lain, dengan mempertimbangkan habitatnya. Cara ini memerlukan tenaga, sarana
prasarana dan tentunya dana yang tidak sedikit.
Salah satu pohon di KBS yang
dipasangi alat bunyi pengusir Kowak
|